Minggu, 21 Juni 2015

Salman Accepts Islam

Source : 1100+ ISLAMIC STORIES
Author : Anacdotes of Ahlul Bayt (a.s)
Website: http://anecdotesofahlulbayt.blogspot.in/

Salman Accepts Islam (Salman Menerima Islam)

Imam Muhammad Al-Baqir (as) says that some companions visited the grave of the prophet (S) one day and busy conversing with each other. Amir’ul-Mu’mineen ‘Ali (as) asked Salman Farsi, “O Salman! How did you accept the Faith of Islam?” Salman replied, “O Amir’ul-Mu’mineen! Since it is obligatory on me to reply to your queries, I am narrating to you the circumstances under which I accepted the Faith. I am a native of the city of Shiraz and my profession was farming. My parents used to love me very much.

Imam Muhammad Al-Baqir (as) mengatakan bahwa suatu hari beberapa rekan mengunjungi makam Baginda Nabi (S) dan berbincang satu sama lain. Amirul Mukminin Ali (as) bertanya kepada Salman Farsi, “O Salman! Bagaimana kamu menerima keyakinan agama islam?” Salman menjawab, “O Amirul Mukminin! Karena itu wajib bagiku untuk menjawab pertanyaan-pertanyaanmu, saya akan menceritakan padamu mengenai keadaan dimana saya masuk islam. Saya adalah penduduk asli dari kota Shiraz dan pekerjaanku adalah petani. Orangtuaku dulu begitu mencintaiku.

One day when I visited a hermitage along with them I heard a sound as if someone was saying there is no god but Allah, ‘Isa (as) is the Spirit of Allah and Muhammad (S) s the messenger of Allah (la ilaha il Allah ‘Isa Rooh  ul Allah Muhammad Rasool Allah). These words had such profound effect on me that the love of the prophet (S) got embedded in my entire existence. I instantly abandoned my ancestral belief of worshipping the sun. Hearing this my father got very angry on me in a deep well. I was held there for a very long time during which I used to pray to Allah for my deliverance.

Suatu hari ketika aku mengunjungi sebuah pertapaan bersama dengan orang tua, aku mendengar sebuah suara seperti seseorang sedang mengatakan bahwa tiada tuhan selain Allah, Nabi Isa (as) adalah roh Allah dan Muhammad adalah utusan Allah (la ilaha il Allah ‘Isa Rooh  ul Allah Muhammad Rasool Allah). Kata-kata ini memiliki pengaruh yang amat besar bagiku bahwa cinta Muhammad (S) telah melekat dalam kehidupanku sepenuhnya. Aku langsung meninggalkan kepercayaan nenek moyangku untuk memuja matahari. Mendengar hal ini, ayahku sangat marah padaku dan memasukkanku kedalam sumur yang dalam. Aku dikurung disana untuk waktu yang sangat lama, selama itu aku gunakan dengan berdoa kepada Allah untuk kebebasanku.

One day an old person dressed in a white robe arrived and releasing me from the well took me to a hermit. I expressed to the hermit about my faith. He was very kind to me but one day he told me that he would expire on the following morning I asked him, ‘then what should I do and where should I go to?’ The hermit mentioned to me the name of another hermit and his location. He asked me to give his reference when I met the other hermit. I therefore went there and spent quite a while with the hermit till he too expired.

Suatu hari seorang lelaki tua berpakaian jubah putih tiba dan membebaskanku dari sumur lalu membawaku pada seorang pertapa. Aku mengungkapkan kepada pertapa tentang keyakinanku. Dia sangat baik padaku tapi suatu hari dia memberi tahuku bahwa dia akan meninggal pada pagi berikutnya. Aku bertanya padanya, “lalu apa yang harus aku lakukan dan kemana aku harus pergi?” Pertapa menyebutkan nama dari pertapa lain dan tempatnya. Dia memintaku untuk menyampaikan rekomendasinya ketika aku bertemu dengan pertapa lainnya. Oleh karena itu aku pergi kesana dan sungguh-sungguh menghabiskan waktu sementara dengan pertapa itu hingga dia juga meninggal.

After the hermit’s death I countinued to live with the other inmates of the hermitage. Those people were in the habit of taking wines with the food and insisted on my partaking of it.
When I refused to comply they got angry on me and sold me as a slave to a Jew. This Jew also inflicted lot of hardships on me. In the end he sold me to a lady by the name of Salimia. The lady had an orchard and I was assigned to water the trees. The lady was very satisfied and happy with my work.

Setelah kepergian pertapa, aku melanjutkan untuk tinggal dengan orang-orang hukuman dari pertapaan. Orang-orang itu gemar minum anggur dengan makanan dan mendesak diriku untuk ikut serta. Ketika aku menolak untuk mengikuti, mereka marah padaku dan menjualku sebagai seorang budak pada seorang yahudi. Seorang yahudi ini juga memberikan banyak penderitaan padaku. Hingga akhirnya dia menjualku pada seorang wanita bernama Salimia. Wanita itu memiliki sebuah kebun buah-buahan dan saya ditugaskan untuk menyiram pohon-pohon. Wanita itu sangat puas dan senang dengan kerjaku.

One day a group of persons entered the garden. They were having a cloud hovering over their heads. In the group there was the Prophet (S), Amir’ul Mu’mineen ‘Ali (as), Hamza, Zaid bin Haritha, Aqeel, Abu Dharr and Miqdad. I thought that the cloud following a person is the sign of the Prophet (S). But all of them couldn’t possibly be prophets. Definitely one of them must be the Prophet (S). I was wondering about this when the Prophet (S) called me up and pushing aside his robe showed to me the seal of the prophet-hood on his back. I instantly fell on his feet but he raised me up with great affection.

Suatu hari sekelompok orang memasuki kebun. Mereka memiliki sebuah awan yang dekat diatas kepala mereka. Dalam kelompok itu, ada Nabi Muhammad (S), Amirul Mukminin, Hamza, Zaid bin Haritha, Aqeel, Abu Dharr dan Miqdad. Aku berfikir bahwa awan yang mengikuti seseorang adalah tanda dia adalah Baginda Nabi (S). tapi semua dari mereka tidak mungkin adalah baginda Nabi. Yang pasti salah satu dari mereka adalah baginda Nabi (S). aku tercengang tentang ini, ketika baginda Nabi (S) memanggilku dan mendorong kesamping jubahnya menunjukkan padaku tanda dari penutup kepala baginda Nabi dibalik punggungnya. Aku langsung jatuh ke kakinya tapi dia mengangkatku dengan kasih sayang yang menyenangkan.

Now the Prophet (S) told to Salimia that he wished to buy me from her. She asked for four hundred date palms in exchange for me and said that out of these two hundred should have yellow dates and the other two hundred red dates. The Prophet (S) accepted this deal and to gather four hundred seeds of dates.

Lalu Baginda Nabi (S) memberitahu Salimia bahwa dia ingin membeliku darinya. Dia meminta empat ratus pohon kurma sebagai penukaran untukku dan berkata bahwa dua ratus pohon harus memiliki buah kurma kuning dan dua ratus lainnya berbuah warna merah. Baginda Nabi (S) menerima perjanjian untuk mengumpulkan empat ratus bibit-bibit pohon kurma.

When Amir’ul-Mu’mineen ‘Ali (as) completed the task, the Prophet (S) started sowing and Amir’ul-Mu’mineen ‘Ali (as) went after him watering the planted seeds. As the Prophet (S) sowed the next seeds, a full-grown plant emerged from the first laden with fruits. Now, the four hundred date palms were ready, two hundred bearing yellow and the other two hundred bearing the red fruits.

Ketika Amirul Mukminin Ali (as) menyelesaikan tugas, Baginda Nabi (S) mulai menaburkan benih dan Amirul Mukminin pergi setelah dia menyirami benih yang ditanam. Sementara Baginda Nabi (S) menaburkan benih-benih selanjutnya, tanaman tumbuh besar muncul dari pertama beserta buah-buahannya. Jadi, empat ratus pohon kurma sudah siap, dua ratus berbuah kuning dan dua ratus lainnya berbuah merah.

When Salimia saw that her wish had been fulfilled she came up with another condition that she wanted all the palms to bear yellow fruits. Therefore, with Allah’s wish Gabriel came and with the touch of his wings, he turned all the palms to bear yellow dates. Now Salimia had perforce to part with Salman. Then the Prophet (S) released Salman and said, “O Rozba! From this day we give you the name of Salman.”

Ketika Salimia melihat bahwa keinginannya sudah tercukupi, dia datang dengan syarat lain bahwasanya dia ingin semua pohon kurma tersebut berbuah kuning. Oleh karena itu, dengan izin Allah, Jibril datang dan dengan sentuhan dari sayap-sayapnya, dia mengganti seluruh pohon agar berbuah kurma kuning. Selanjutnya, Salimia harus terpaksa berpisah dengan Salman. Baginda Nabi (S) membebaskan Salman dan berkata, “O Selamat! Sejak hari ini kami memberimu nama Salman.”

Reference: Ain-Al Hayat, The Essence of Life

Catatan Tambahan : Bismillahirrohmaanirrohiim. Alan Nabi Wa Aali Sholawat. Terima kasih dengan adanya e-book 1100+ islamic stories. e-book ini adalah cerita-cerita dalam bahasa inggris, disana terdapat 1174 cerita islam. Dengan tiada bermaksud mengubah isi sepatah katapun dari cerita, maka apabila atau sebarang tentu disana terdapat kesalahan dalam penerjemahan kedalam bahasa indonesia ini, dengan itu saya menyampaikan rasa mohon maaf yang sebesarnya. Agar kiranya bila ada kekurangan, pembaca harap memaklumi sehingga tidak akan mengurangi makna asli dari kisah sebenar dalam versi bahasa inggris. pintu koreksi terbuka luas. semoga tulisan ini bermanfaat dimana akan memberikan pengetahuan, pembelajaran, dan motivasi.

Tidak ada komentar: