Source : 1100+ ISLAMIC STORIES
Author : Anacdotes of Ahlul Bayt (a.s)
Website: http://anecdotesofahlulbayt.blogspot.in/
Website: http://anecdotesofahlulbayt.blogspot.in/
Salman Accepts Islam (Salman Menerima Islam)
Imam Muhammad Al-Baqir (as) says that some companions
visited the grave of the prophet (S) one day and busy conversing with each
other. Amir’ul-Mu’mineen ‘Ali (as) asked Salman Farsi, “O Salman! How did you
accept the Faith of Islam?” Salman replied, “O Amir’ul-Mu’mineen! Since it is
obligatory on me to reply to your queries, I am narrating to you the
circumstances under which I accepted the Faith. I am a native of the city of
Shiraz and my profession was farming. My parents used to love me very much.
Imam Muhammad
Al-Baqir (as) mengatakan bahwa suatu hari beberapa rekan mengunjungi makam Baginda
Nabi (S) dan berbincang satu sama lain. Amirul Mukminin Ali (as) bertanya
kepada Salman Farsi, “O Salman! Bagaimana kamu menerima keyakinan agama islam?”
Salman menjawab, “O Amirul Mukminin! Karena itu wajib bagiku untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaanmu, saya akan menceritakan padamu mengenai keadaan dimana
saya masuk islam. Saya adalah penduduk asli dari kota Shiraz dan pekerjaanku adalah
petani. Orangtuaku dulu begitu mencintaiku.
One day when I visited a hermitage along with them I
heard a sound as if someone was saying there is no god but Allah, ‘Isa (as) is
the Spirit of Allah and Muhammad (S) s the messenger of Allah (la ilaha il Allah ‘Isa Rooh ul Allah Muhammad Rasool Allah). These
words had such profound effect on me that the love of the prophet (S) got
embedded in my entire existence. I instantly abandoned my ancestral belief of
worshipping the sun. Hearing this my father got very angry on me in a deep
well. I was held there for a very long time during which I used to pray to
Allah for my deliverance.
Suatu hari ketika aku
mengunjungi sebuah pertapaan bersama dengan orang tua, aku mendengar sebuah
suara seperti seseorang sedang mengatakan bahwa tiada tuhan selain Allah, Nabi Isa
(as) adalah roh Allah dan Muhammad adalah utusan Allah (la ilaha il Allah ‘Isa Rooh ul
Allah Muhammad Rasool Allah). Kata-kata ini memiliki pengaruh yang amat
besar bagiku bahwa cinta Muhammad (S) telah melekat dalam kehidupanku
sepenuhnya. Aku langsung meninggalkan kepercayaan nenek moyangku untuk memuja
matahari. Mendengar hal ini, ayahku sangat marah padaku dan memasukkanku
kedalam sumur yang dalam. Aku dikurung disana untuk waktu yang sangat lama,
selama itu aku gunakan dengan berdoa kepada Allah untuk kebebasanku.
One day an old person dressed in a white robe arrived
and releasing me from the well took me to a hermit. I expressed to the hermit
about my faith. He was very kind to me but one day he told me that he would
expire on the following morning I asked him, ‘then what should I do and where
should I go to?’ The hermit mentioned to me the name of another hermit and his
location. He asked me to give his reference when I met the other hermit. I
therefore went there and spent quite a while with the hermit till he too
expired.
Suatu hari seorang
lelaki tua berpakaian jubah putih tiba dan membebaskanku dari sumur lalu membawaku
pada seorang pertapa. Aku mengungkapkan kepada pertapa tentang keyakinanku. Dia
sangat baik padaku tapi suatu hari dia memberi tahuku bahwa dia akan meninggal
pada pagi berikutnya. Aku bertanya padanya, “lalu apa yang harus aku lakukan
dan kemana aku harus pergi?” Pertapa menyebutkan nama dari pertapa lain dan
tempatnya. Dia memintaku untuk menyampaikan rekomendasinya ketika aku bertemu
dengan pertapa lainnya. Oleh karena itu aku pergi kesana dan sungguh-sungguh
menghabiskan waktu sementara dengan pertapa itu hingga dia juga meninggal.
After the hermit’s death I countinued to live with the
other inmates of the hermitage. Those people were in the habit of taking wines
with the food and insisted on my partaking of it.
When I refused to comply they got angry on me and sold
me as a slave to a Jew. This Jew also inflicted lot of hardships on me. In the
end he sold me to a lady by the name of Salimia. The lady had an orchard and I
was assigned to water the trees. The lady was very satisfied and happy with my
work.
Setelah kepergian
pertapa, aku melanjutkan untuk tinggal dengan orang-orang hukuman dari
pertapaan. Orang-orang itu gemar minum anggur dengan makanan dan mendesak
diriku untuk ikut serta. Ketika aku menolak untuk mengikuti, mereka marah
padaku dan menjualku sebagai seorang budak pada seorang yahudi. Seorang yahudi
ini juga memberikan banyak penderitaan padaku. Hingga akhirnya dia menjualku
pada seorang wanita bernama Salimia. Wanita itu memiliki sebuah kebun
buah-buahan dan saya ditugaskan untuk menyiram pohon-pohon. Wanita itu sangat
puas dan senang dengan kerjaku.
One day a group of persons entered the garden. They
were having a cloud hovering over their heads. In the group there was the
Prophet (S), Amir’ul Mu’mineen ‘Ali (as), Hamza, Zaid bin Haritha, Aqeel, Abu
Dharr and Miqdad. I thought that the cloud following a person is the sign of
the Prophet (S). But all of them couldn’t possibly be prophets. Definitely one
of them must be the Prophet (S). I was wondering about this when the Prophet (S)
called me up and pushing aside his robe showed to me the seal of the
prophet-hood on his back. I instantly fell on his feet but he raised me up with
great affection.
Suatu hari sekelompok
orang memasuki kebun. Mereka memiliki sebuah awan yang dekat diatas kepala
mereka. Dalam kelompok itu, ada Nabi Muhammad (S), Amirul Mukminin, Hamza, Zaid
bin Haritha, Aqeel, Abu Dharr dan Miqdad. Aku berfikir bahwa awan yang mengikuti
seseorang adalah tanda dia adalah Baginda Nabi (S). tapi semua dari mereka
tidak mungkin adalah baginda Nabi. Yang pasti salah satu dari mereka adalah
baginda Nabi (S). aku tercengang tentang ini, ketika baginda Nabi (S)
memanggilku dan mendorong kesamping jubahnya menunjukkan padaku tanda dari penutup
kepala baginda Nabi dibalik punggungnya. Aku langsung jatuh ke kakinya tapi dia
mengangkatku dengan kasih sayang yang menyenangkan.
Now the Prophet (S) told to Salimia that he wished to
buy me from her. She asked for four hundred date palms in exchange for me and
said that out of these two hundred should have yellow dates and the other two
hundred red dates. The Prophet (S) accepted this deal and to gather four
hundred seeds of dates.
Lalu Baginda Nabi (S)
memberitahu Salimia bahwa dia ingin membeliku darinya. Dia meminta empat ratus
pohon kurma sebagai penukaran untukku dan berkata bahwa dua ratus pohon harus
memiliki buah kurma kuning dan dua ratus lainnya berbuah warna merah. Baginda
Nabi (S) menerima perjanjian untuk mengumpulkan empat ratus bibit-bibit pohon
kurma.
When Amir’ul-Mu’mineen ‘Ali (as) completed the task,
the Prophet (S) started sowing and Amir’ul-Mu’mineen ‘Ali (as) went after him
watering the planted seeds. As the Prophet (S) sowed the next seeds, a
full-grown plant emerged from the first laden with fruits. Now, the four
hundred date palms were ready, two hundred bearing yellow and the other two
hundred bearing the red fruits.
Ketika Amirul
Mukminin Ali (as)
menyelesaikan tugas, Baginda Nabi (S) mulai menaburkan benih dan Amirul Mukminin pergi setelah dia menyirami benih
yang ditanam. Sementara Baginda Nabi (S) menaburkan benih-benih selanjutnya,
tanaman tumbuh besar muncul dari pertama beserta buah-buahannya. Jadi, empat ratus
pohon kurma sudah siap, dua ratus berbuah kuning dan dua ratus lainnya berbuah
merah.
When Salimia saw that her wish had been fulfilled she
came up with another condition that she wanted all the palms to bear yellow
fruits. Therefore, with Allah’s wish Gabriel came and with the touch of his
wings, he turned all the palms to bear yellow dates. Now Salimia had perforce
to part with Salman. Then the Prophet (S) released Salman and said, “O Rozba!
From this day we give you the name of Salman.”
Ketika Salimia
melihat bahwa keinginannya sudah tercukupi, dia datang dengan syarat lain bahwasanya dia ingin semua pohon kurma tersebut berbuah kuning. Oleh karena itu, dengan
izin Allah, Jibril datang dan dengan sentuhan dari sayap-sayapnya, dia
mengganti seluruh pohon agar berbuah kurma kuning. Selanjutnya, Salimia harus
terpaksa berpisah dengan Salman. Baginda Nabi (S) membebaskan Salman dan
berkata, “O Selamat! Sejak hari ini kami memberimu nama Salman.”
Reference: Ain-Al Hayat, The Essence of Life
Catatan Tambahan : Bismillahirrohmaanirrohiim. Alan Nabi Wa Aali Sholawat. Terima kasih dengan adanya e-book 1100+ islamic stories. e-book ini adalah cerita-cerita dalam bahasa inggris, disana terdapat 1174 cerita islam. Dengan tiada bermaksud mengubah isi sepatah katapun dari cerita, maka apabila atau sebarang tentu disana terdapat kesalahan dalam penerjemahan kedalam bahasa indonesia ini, dengan itu saya menyampaikan rasa mohon maaf yang sebesarnya. Agar kiranya bila ada kekurangan, pembaca harap memaklumi sehingga tidak akan mengurangi makna asli dari kisah sebenar dalam versi bahasa inggris. pintu koreksi terbuka luas. semoga tulisan ini bermanfaat dimana akan memberikan pengetahuan, pembelajaran, dan motivasi.
Reference: Ain-Al Hayat, The Essence of Life
Catatan Tambahan : Bismillahirrohmaanirrohiim. Alan Nabi Wa Aali Sholawat. Terima kasih dengan adanya e-book 1100+ islamic stories. e-book ini adalah cerita-cerita dalam bahasa inggris, disana terdapat 1174 cerita islam. Dengan tiada bermaksud mengubah isi sepatah katapun dari cerita, maka apabila atau sebarang tentu disana terdapat kesalahan dalam penerjemahan kedalam bahasa indonesia ini, dengan itu saya menyampaikan rasa mohon maaf yang sebesarnya. Agar kiranya bila ada kekurangan, pembaca harap memaklumi sehingga tidak akan mengurangi makna asli dari kisah sebenar dalam versi bahasa inggris. pintu koreksi terbuka luas. semoga tulisan ini bermanfaat dimana akan memberikan pengetahuan, pembelajaran, dan motivasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar