Senin, 24 November 2014

The Song Of Sparrows

Assalamualaikum


Film yang berjudul The Song of Sparrows ini merupakan film iran, kisah yang begitu sederhana namun sarat dengan pesan yang bernilai bagi kehidupan. Karya dari Majid Majidi, Sutradara yang menurut saya benar-benar handal dalam menuturkan kisah. Sutradara yang kondang dari Iran, yang sebelumnya telah ada Children of Heaven, terlihat betapa fenomenalnya karya dari beliau. Sutradara yang hebat mengangkat nilai-nilai sosial, etika, budaya, dan moral. Terangkatnya cerita yang sangat menggugah jiwa.

Ya, film yang terangkai sangat indah ini, judulnya memiliki arti yang kurang lebihnya adalah "nyanyian dari burung burung pipit", memang disana menjelang selesainya cerita, ada burung kecil yang mencari jalan keluar saat Karim sedang beristirahat dirumah karena musibah yang dialaminya, lalu Karim membukakan pintu sehingga burung kecil itu bisa terbang keluar. Saat itu dia juga mendapat kabar dari rekan kerjanya bahwa burung unta yang hilang telah ditemukan kembali. Ya, saat itu dia terhening dan melihat lukisan yang digambar anaknya Haneyah di gips kakinya. lukisan padang yang disana ada satu pohon tua. Namun menurut pandangan saya, The song of sparrows adalah judul yang bermakna kias, dimana kita tahu bahwa "sparrows" atau "burung-burung pipit" ini kecil, biasa dan umum. Kisah tentang kehidupan dari salah satu masyarakat kecil. Film ini berhasil memberikan gambaran kehidupan sebenarnya dengan nilai spiritual yang disiratkannya.

Sebelum menulis tentang ulasan singkat mengenai film tersebut, saya ingin bercerita sedikit asal mula pertemuan dengan The Song of Sparrows ini. Saya mengakui bahwa saya sedikit menyesal dikarenakan keterlambatan diriku untuk mengetahui film yang begitu berharga ini, namun juga akhirnya bersyukur karena lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Dua kata saja bahwa kisah ini begitu "memikat jiwa". Ya, difilm ini telah terbungkus berbagai segi kehidupan. Hingga aku harus katakan bahwa saya jatuh cinta dengan The Song of Sparrows. Saya fikir telah hijrahnya minat favorit film dari sebelumnya, saya berhijrah ke film Iran yang kaya akan nilai-nilai spiritual kehidupan. Dan memang, disana ada banyak film-film Iran yang begitu bagus dan sangat layak kita sukai.

Sebuah kisah tentang seorang Ayah yang bernama Karim (Reza Naji) yang memiliki tiga orang anak, Haneyah (Shabnam Akhlaghi) merupakan tunarungu yang dimana alat bantu pendengarannya rusak, Hossein (Hamed Aghazi) adalah anak kecil yang sangat ingin berternak ikan bersama teman-temannya, dan terakhir adalah si bungsu adik perempuan yang lucu. Sosok Karim sendiri begitu bertanggung jawab, pekerja keras, sedikit temprament, namun memiliki hati yang penuh kasih sayang kepada istrinya Nargees (Maryam Akbari) dan tentu saja kepada ketiga anaknya.

Cerita di menit pertama dibuka dengan paparan mengenai pekerjaan Karim yang sebagai buruh di peternakan burung unta, dimana kisah sebenarnya akan bermula ketika salah satu dari ratusan burung unta yang dijaganya terlepas dan lari keluar dari kandangnya. Walau dengan usaha yang begitu sungguh-sungguh, Karim harus mendapatkan kenyataan bahwa burung unta tersebut telah hilang dan tak ditemukan, sehingga dia harus di pecat dari pekerjaannya. Suatu hari, Karim pergi ke kota Teheran untuk memperbaiki alat pendengaran Haneyah, namun apa hendak dikata bahwa Karim harus membeli yang baru dan tentu diperlukan biaya yang mahal. Karena satu bulan lagi, Haneyah akan menghadapi ujian jadi alat tersebut penting dalam waktu sebelum ujian sekolah. Setelah itu, dia menaiki motor tuanya dan hendak pergi namun tiba-tiba belum sempat dia berkendara, naiklah seorang yang mengira Karim adalah seorang tukang ojek. Sejak itulah Karim melihat peluang untuk bekerja sebagai  tukang ojek di kota. kehidupan kota yang keras dan berbanding terbalik dengan kehidupan desa secara perlahan mengubah Karim. Perjuangan Karim di hiruk pikuk kota dimana kehidupan memberikan berbagai misteri. Penasaran apa yang terjadi selanjutnya?


Ulasan singkat mengenai film yang bagus ini (credit to also for www.kapasitor.net)
  1. Pada waktu Karim di pecat dari pekerjaan di peternakan burung unta, rekan kerjanya sekaligus teman baiknya memberikan satu buah telur burung unta, dimana sepulangnya istri memasak telur itu dan Karimpun menyuruh anaknya Hossein untuk berbagi masakan yang telah dimasak tersebut kepada tetangga dan sepupunya. Berbeda ketika Karim memijak kehidupan hedoisme kota, dimana dia mulai matrealistik, bahkan ketika pintu biru yang telah istrinya berikan kepada tetangga, dia ambil lagi karena mengingat dia sulit untuk membawanya dari kota dan lebih memikirkan untuk kegunaan lainnya.
  2. Ketika telah menghantar penumpang, Karim mendapatkan uang lebih namun dia kurang sempat untuk memanggil dan mengembalikannya lagi, awalnya dia sisihkan di kantong yang terpisah dengan uang yang memang haknya. namun ketika akan membeli buah dalam perjalanan pulang, Karim menggunakan uangnya beserta uang lebih itu juga, akhirnya buah yang diletakkan dibelakang motor itu berceceran sepanjang jalan dan jatuh kesungai yang tanpa disadari Karim. Ini seolah gambaran bahwa ada pembersihan dari rezeki yang didapat Karim. Tersisalah sampai rumah tersebut buah yang halal untuk keluarganya.
  3. Ada masa Karim harus bimbang dan gundah karena satu kulkas. awalnya dia bekerja sebagai pengangkut barang beserta motor lainnya, malangnya motornya tiba-tiba mati dan mogok, sehingga dia tertinggal dari rombongannya. akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke rumah dengan kulkas itu. Ya, ketika ke kota lagi esok harinya, Karim terhenti di depan toko dengan wajau bingung, lalu seorang menawarkan untuk membeli kulkas itu dengan harga 50 toman, namun Karim tak menanggapi karena tetap bingung dan melajukan motornya lagi, tibanya dia berhenti lagi di depan toko, Karim sendiri menawarkan untuk menjual kulkas itu, dengan harga 15 toman, seorang tersebut tidak berkenan karena dia tidak membutuhkan kulkas. dakhirnya, Karim kembali lagi ke perusahaan mula untuk mengembalikan kulkas itu, syukurlah Karim tidak berkesempatan untuk mencari uang yang haram, ini memberikan nilai bahwa dalam hati manusia itu sebenarnya jujur akan hal yang baik atau tidak baik untuknya, namun semoga keyakinan tetap berusaha teguh di antara derasnya arus dunia.
  4. Saat Karim melaksanakan sholat di depan gerbang dimana dia menjadi tidak khusyuk karena yang punya rumah hendak keluar dengan mobilnya, namun Karim tetap melanjutkan sholatnya. Pada kenyataannya Tuan rumah tersebut menghentikan mobilnya dan menunggu Karim menyelasaikan sholatnya, bahkan memberikan segelas air putih untuk Karim. Disana memang rasa indahnya menghargai untuk orang yang sedang sholat. Disini kita juga melihat bahwa Sutradara ingin memberitahu bahwa sesungguhnya ALLAH Maha Pemurah kepada setiap hambanya walau rasa syukur manusia belumlah sempurna.
  5. Bila Karim mendapati anaknya Hossein yang menjual bunga di jalan tol atau hal lainnya, Karim sangat marah. Namun ketika anak-anaknya ingin menonton acara kesukaannya, Karimpun rela naik ke atap dan memegang antena tersebut. Betapa kasih sayang seorang ayah terhadap anak-anaknya begitu menyejukkan dan mengharukan. Marahnya seorang ayah kepada anaknya adalah kasih sayangnya juga.
  6. Masa Hossein dan teman-temannya harus merelakan bibit ikan yang mereka beli dengan jerih payah dari keringat mereka sendiri, namun karena bocornya dan pecahnya penampung ikan tersebut, mereka harus menangis dan kecewa dengan membiarkan ikan-ikan itu berenang di sungai. Dalam kemurungan mereka, Karim menghibur mereka dengan menyanyikan sebuah lagu yang syairnya "Hidup ini menipu, Hidup ini dusta..." dan mendengarnya, mereka tersenyum kembali. Ya, begitulah kehidupan, dugaan yang ada bukanlah alasan untuk berlarut dalam duka. sebaliknya ikhlaskan semua.
  7. Saat benda-benda yang memang di Kota tidak berguna, sehingga Karim membawanya kerumah dan memenuhi sudut halamannya, ketika itu Karim harus mendapatkan kecelakaan, pasalnya bendar-benda itu menimbunnya. ini pesan bahwa ketika keserakahan Karim akan benda-benda itu telah memberikan fikiran untuk tak berniat membagikan pada yang lainnya (peristiwa pintu biru), akhirnya semua barang rongsokan itu memakan dirinya, Karim harus menderita patah kaki dan luka-luka.
Ya, begitulah sedikit ulasannya, film ini mampu mengaduk emosi penonton dengan berbagai konflik alur turun naik cerita, melengkapi utuhnya cerita yang hasilnya mengajari namun tidak terkesan menggurui. ada bila kita terharu dalam kesederhanaan, ada scene yang sedih dan bikin mata ini menangis, ada rasa simpati, kasihan, dan tak tega, namun ada masa kita tertawa dengan cerita yang dari pergantian menit-menitnya, Entah rasa haru namun juga lucu ketika Karim menyamar sebagai burung unta di padang untuk mendapatkan burung unta yang hilang, tertawa ketika adegan Karim yang terkejut ada ular di kolam lumpur sehingga ada anak kecil yang terjatuh, ketika akhir ceritanya unta yang hilang kembali lagi, ya.. setiap bagian cerita begitu realisme. durasi waktu yang kurang dari 100 menit ini mampu menarik hati. dari detik awal hingga selesai, mampu menjadikannya hijrah minat film, tanpa jeda sekalipun film ini begitu menakjubkan. Sederhana namun tinggi nilainya. Karya yang tidak diragukan lagi. Sungguh inspiratif. Saya akan mencari film-film Iran lainnya walau hanya di Youtube.

Hingga kini tetap teringat betapa sosok Karim benar ada dalam kehidupan. Ya, motor tua tersebut mengingatkan dengan motor tua almarhum Bapak. Kasih dan sayang yang ada dalam keluarga Karim begitu bahagia dan damai dengan segala yang dihidup mereka. Film yang baru kemaren sore di tonton ini sangat menyentuh hati kecil seketika saja, setiap apa yang terjadi pasti memiliki nilai kebaikan, semua yang kita hadapi akan memberikan hikmah untuk hidup ini.. selalu, hidup harus bersyukur apapun keadaannya.

Jumpa lagi di kesempatan selanjutnya..

Wassalam

Tidak ada komentar: