Senin, 05 Agustus 2013

Cerita Mudik Q

Assalamualaikumwarohmatullahiwabarokatuh
Hai semua.. apa kabar? Baik-baik saja kan, Aamiin. lama tak jumpa. maklum, laptop nya juga bru bersua dengan modem. HiHiHi. this entry tell about Nelly mudik ke dusun lho. Tepatnya Pulang kampueng aka rumah tercinta. Setelah berkemas dengan cukup lama bersama Sister Ter. Sudah beres semua barang-barang dan keperluan yang akan dibawa ke desa yang nun jauh dimata. HiHiHi…
Dan tadaaam.. ada 1 kardus + 1 tas jinjingan yang cukup besar dan ditambah lagi tas saya sendiri. HeHeHe… Eeeh jangan salah lho, semua bawaan ini pada berat semua nah!!!
Pada pukul 12.30 PM, saya diantar sama kakak ipar menuju terminal karya jaya. Saya kan mudik dengan Bus favorit aka Juwita Jaya Raya. Pagi tadi memang sudah menelpon Mang Pardie, Alhamdulillah… Katanya pukul 01.00 PM an busnya sampai di terminal. Okelah… Ssssst! Sedikit rahasia, Semenjak terakhir pulang dusun dengan travel itu, saya jadi trauma untuk naik travel lagi. Ya deh, memang bus lebih nyaman di hati dan di dompet gitu lho… HaHaHa

this is picture of terminal karya jaya
Kebetulan saya duduk di depan nah… Eiitttss! Jangan lupa di Muara Enim nanti, ngasih STNK dan KTP sama Kak Ijal. Ayo sholawat dan baca doa dulu sebelum berpergian, agar kita selalu diberikan perlindungan ALLAH SWT. Aamiin.
Seperti biasa… Tidur dalam perjalanan itu cukup bagus kan, dikarenakan membutuhkan waktu lebih kurang 5 jam agar bisa sampai di daerah saya… Hm, tapi tapi tapi… laper nah! HeHeHe tadi gak nafsu makan #selalu deh kebiasaan kalo mau mudik-mudik gitu pasti selera makan pada berkurang. Sebenarnya sih ada cemilan snack tapi malah gak nafsu juga. HuHuHu
Okay deh… hanya minum air putih, tidur lagi dan tunggulah dengan sabar sampai bertemu makanan nanti.

Ketika sudah tiba di tanjung Enim… Langit hujan. Saya menelpon Umak. Untuk memberi kabar juga dan menanyakan siapa yang bersedia menjemput saya di tanjung Agung nanti, mungkin perkiraan setengah delapan-an. Kata Umak tidak hujan sama sekali di dusun. Dan setelah menelpon,  ternyata hatiku yang hujan, sama seperti langit mendung yang ada diluar. Menangis… bagaimana tidak, tak ada orang yang akan menjemput. Siapa? airmataku menemani dalam terawangan anganku. Lagi dan lagi… hatiku bercerita bersama keluh kesah kesedihan… lebih tepatnya meratapi takdir
“aku tau, ini kisah yang tak punya Bapak. aku tak punya Bapak. Sungguh menyedihkan. Malangnya kehidupan. Benar-benar memilukan memang. Dimana setiap ukiran cerita sungguh menjadi tak lengkap. Apa-apa susah. Siapa yang akan perduli. Seperti hal ini, kalau saja ada Bapak. Pasti aku tak perlu khawatir akan siapa yang menjemput pada jam malam ini. Inilah resiko jika ikut bus. Tapi aku tak mau ikut travel. Huuuh. Aku bisa saja berjalan ke rumah tapi bawaan ini berat dan inipun sudah malam. Nyari ojek di sana? apa masih ada . . . “

Cukup lama melamun, bersedih hati bersama rinai hujan..
ah aku pun tersadar dalam ratapanku. Istigfar dan janganlah berputus asa, fikirku. Sabarlah, Ingat ada ALLAH dan berdoalah mohon pertolongan. Aku pun tersenyum optimis. Yaa.. dunia tak sekejam yang kubayangkan. Allah menyayangi hamba-hamba yang selalu bersabar. Ya kan! Pasti akan ada pertolongan-Nya. Ku coba menepis rasa pesimis ku. Menghilangkan ratapan yang sia-sia itu. Aku coba untuk memilih percaya bahwa hidup ini takkan semalang dengan lintasan putus asa. Sesungguhnya ALLAH SWT. Selalu dalam prasangka umatnya. Tak sepantasnya hatiku jadi lemah gini. Akupun menjadi tenang. Alhamdulillah.
Dan ternyata benar… aku sungguh bersyukur. Akupun bisa tiba dirumah tercinta. Bukan dengan ojek. Tapi dengan orang yang tidak dikenal sama sekali. Alhamdulillah.. terima kasih Ya ALLAH.
Terima kasih untuk orang itu, namanya pun tidak ku ketahui sama sekali. Walaupun awalnya orang tersebut hanya bercanda untuk menawari mengantar saya yang baru saja turun dari bus. Orang tersebut mungkin seumuran Kakak kedua, kak Andi. Bagaimanapun juga. Terima kasih atas kebaikan yang diberikan. Allah mengirimkan pertolongan-Nya melalui orang tersebut.
Pelajaran berharga, selalu ber-husnudzanlah kepada-Nya. Dia yang selalu penuh kasih sayang kepada hamba-hamba yang tidak berputus asa. Ku sesali bila perjalanan ini harus ada kesedihan dan putus asa. Lain kali… aku hanya ingin bersyukur dan percaya bahwa hidup ini karunia indah-NYA.
wassalamualaikum warohmatullahhiwabarokatuh
                 
 
I said "Selamat datang di dusunku, Muara Emil tercinta"

Tidak ada komentar: